Monday, July 27, 2009

mangapa semut tidak dimangsa kantung semar?

Di dalam kantung tumbuhan “kantong-semar“ Nepenthes bicalcarata yang hidup di sebelah India Timur, hiduplah koloni semut. Tumbuhan ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapinya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tumbuhan ini.

Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meski semut mungkin saja dimakan Nepenthes, mereka dapat membangun sarang pada tumbuhan ini. Sang tumbuhan juga menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.

Begitulah contoh hubungan kehidupan antara tumbuhan dan semut. Bentuk anatomi dan fisiologi semut dan tumbuhan inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan antarjenis makhluk hidup ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak tidaklah masuk akal. Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?

Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama "nektar tersisa" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.

Pada gambar, kita dapat melihat tumbuhan kantong semar sebagai “perangkap serangga”. Namun, serangga-serangga tertentu lolos dari jebakan tumbuhan kantong semar. Misalnya, semut dapat hidup berdampingan dengan kantong semar. Secara ajaib, tumbuhan ini tidak mempedulikan keberadaan semut.
Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah dengan cara menarik perhatian semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah campuran kimianya. Bila kita menganggap bahwa cara cerdas ini adalah sifat yang diperoleh dari suatu kebetulan, yaitu dasar berpikir evolusi, tentu ini tidaklah masuk akal. Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap bagian alam secara terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah rangkaian sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi". Bila kita berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun unsur pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu. Oleh karena itu sang pengatur haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Mahakuasa atas alam semesta.

harun yahya

dan

dan...
begitu kuat semua benalu itu menggerogoti setiap palung jiwa, terlalu lemah diri ini untuk bisa selalu bertahan dalam lingkaran yg tak berdiameter ini.
benarkah mereka bisa untuk menerima aku, menolong bukan menggonggong.
beri aku satu keyakinan bahwa semua ini bukan hanya semu, bukan hanya kosong, bukan hanya realitas palsu yg tampak real.
dan . . .
ketika semua itu berakhir, aku berharap bintang itu akan terus bercahaya.

Fenomena Reality Show

Saat ini kalau kita cermati, hampir di semua acara televisi kita sentiasa ada acara yang namanya Reality Show. Disini kita akan membahas bagaimana prospektif kita dalam menyikapi maraknya acara tersebut.
Fenomena Reality show tersebut memang sangat pantas dan urgent untuk kita bahas dan seharusnya pemerintah dalam hal ini bisa diwakili oleh KPI bise membuat aturan-aturan yang jelas mengenai acara tersebut, sehingga diharapkan ada yang namanya prefentif. Tidak lantas di larang setelah terjadi banyak sekali aduan dan laporan dari masyarakat.
Reality show, sebagai suatu acara dan aktivitas tentunya mengandung konsekwensi positif dan negatif, namun kalau kita ikuti beberapa reality show yang ada justru terlalu banyak sisi negatifnya daripada positfinya.
Didalam reality show, misal dari salah satu stasiun televisi ” Curhat bersama Anjasmara”, disana terdapat banyak sekali hal-hal yang sangat tidak pantas, baik secara verbal ucapan maupun langsung perbuatan, ucapan yang kasar, perbuatan yang sungguh tidak pantas untuk ditiru ( Sehingga sepertinya sudah di hentikan oleh KPI ).
Reality show semacam diatas sungguh sangat berakibal fatal bagi para pemirsa, khususnya mereka yang masih belum mempunyai filter yang cukup dalam menyerap pesan dari reality show tersebut ( dalam hal ini anak2 dan juga para remaja kita, bahkan orang tuapun yang tidak arif dalam menyikapinya ).
Dari akibat negatif tersebut, maka tidak heran kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana sikap dan sifat yang negatif tersebut menjadi suatu kiblat dan menjadi sutu tuntunan yang sungguh tidak mendidik.
Banyaknya perselingkuhan, banyaknya kawin-cerai, kenakalan remaja dan lain sebagainya, bisa jadi adalah salah satu dari efek acara-acara ini, diantara acara tersebut adalah reality show.
Disamping efek-efek negatif tersebut, reality show yang berjenis diatas sungguh membongkar aib orang lain, aib keluarga, family dan lain sebagainya yang seharusnya aib tersebut ditutup rapat-rapat, namun dalam acara tersebut dibuka secara terang benderang dan bahkan mereka yang terlibat sangat bangga akan hal tersebut, Naudzu billah mindzaliik.
Bagaimana Alloh SWT akan menutup aib kita di hari kiamat nanti jika selama di dunia kita sangat senang dan gemar membongkar dan mepertontonkan aib kita dan orang lain ?. Semoga Alloh SWT menjauhkan kita dari mempertontonkan aib tersebut dan menyelamatkan kita darinya.
Namun demikian, ada beberapa reality show yang kalau kita perhatikan cukup bagus dan bisa menjadi ibrah bagi kita, misalnya dalam salah satu televisi ” Tukar Nasib”.
Reality show yang satu ini, memang dapat menunjukkan pada kita, bagaimana seandainya nasib kita berubah 180*? Yang kaya dengan gelimang harta, hidup dalam ranah kemiskinan sedangkan yang miskin dapat menikmati kekayaan yang ada dengan segala fasilitasnya. Dalam reality show tersebut akan banyak hal terjadi, ada yang kaya tidak bisa menikmati hal baru, ‘pun tidak jarang yang miskin juga demikian, tidak bedan dengan aktivitas orang kaya yang ada.
Dari situ kita dapat merasakan betapa nikmatnya rahmat dan karunia Alloh berupa kecukupan dari kita dan untuk itu seharusnya kita dapat mensyukurinya.
“Toolong”, salah satu reality show yang sangat penulis suka dan kagumi, karena dari situ kita banyak mengambil pelajaran. Mengasah mata hati kita untuk lebih peduli terhadap orang lain, namun kitapun tidak lantas suudzun terhadap orang-orang yang tidak memberikan penolongan terhadap pelaku peminta tolong, karena memang ada kalanya orang tersebut ingin menolong, tapi karena tidak cukup untuk menolong, maka dia urun menolong. Tapi dari reality show ini, Mata Hati kita akan semakin tajam terasah, InsyaAlloh
Terlepas dari apakah reality show tersebut benar-benar reality atau permainan saja ( karean dari beberapa milist terbongkar bahwa beberapa reality show, hanya tipuan dan sudah di design sedmikian rupa ), namun reality show tersebut harus dilihat dari 2 prospektif tersebut, yaitu efek positif dan negatif yang ada. Dan ini adalah tugas kita semua untuk menilai dan tentunya sebagai pengendali kebijakan, KPI harus lebih proaktif dalam menyikapi hal tersebut. Tidak hanya acara reality show, tapi semua acara-acara televisi saat ini yang hampir semua sudah menjurus pada hal-hal yang negatif dan mudharat daripada yang manfaat.
Mari kita selamatkan moral generasi muda dengan sungguh-sungguh memfilter acara-acara televisi. Dan kita himbau kepada pengelola stasiun televisi dan semua yang terlibat di dalamnya untuk tidak hanya memikirkan keuntungan finansial saja, dengan menggadaikan moral bangsa ini.
“Sungguh….Tidak ada bedanya antara manusia dan binatang jika tujuan hidupnya hanya untuk mencari makan/materi semata “.
Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan Taufiq dan HidayahNya kepada kita semua, memberikan RahmatNya sehingga kita benar-benar menjadi hamba-hambaNya yang bertaqwa…Amiien
saudilin